Jaka dan jembatan bambu


Jaka dan jembatan bambu


Cerita anak Indonesia.


JAKA TINGGAL bersama kakek dan neneknya di sebuah desa. Setiap hari Jaka ikut kakeknya menggembala domba-domba milik mereka di padang rumput yang terletak di pinggir desa. Untuk mencapai padang rumput tersebut mereka harus melewati jembatan bambu.
          Pada suatu sore yang cerah Jaka dan kakeknya baru pulang dari tempat penggembalaan. Ketujuh ekor domba milik kakek berpikir, “Mmmmmm.......... betapa lezatnya rumput-rumput di padang tadi!”
          Kakek si Jaka pun berpikir, “Bagus sekali cuaca sore ini.” Sementara itu Jaka berpikir, apa yang akan ia katakan pada kakeknya. Ah............. ia mendapat akal....................
          Kek! Kek, tahukah kakek apa yang kulihat kemarin?”
          “Apa itu cucuku?”
          “Kemarin aku melihat seekor tikus berwarna hijau, besarnya sebesar gajah, terbang di angkasa.........”
          “Tidak adakah orang lain yang melihat tikus aneh itu selain dirimu?” tanya kakek.
          Yaa!!!!!!” jawab Jaka bangga.
          “Hebat!” kata kakek, “Kalau tidak.........”
          “Kalau tidak bagaimana, Kek?” tanya Jaka heran.
          “Hmmmmmm..........” Kakek berpikir mencari akal, agar Jaka tidak berbohong lagi. Akhirnya ia berkata, “Jaka, kau lihat jembatan bambu yang setiap hari kita lewati? Sebenarnya jembatan itu adalah jembatan ajaib, jembatan yang aneh.”
          “Aneh bagaimana, Kek?” tanya Jaka keheranan.
          “Apa bila ada orang yang berbohong dan kemudian melewatinya, maka jembatan itu akan runtuh. Dan yang melewatinya akan jatuh ke sungai yang ada di bawahnya.”
          “Betulkah itu, Kek?” Jaka sangat terkejut. Dan berpikir, “Wah, kalau kakek tahu aku berbohong, betapa malunya aku. Tapi bagaimana kalau jembatannya runtuh? Ah, mungkin kalau berbohongnya sedikit jembatan itu tidak akan runtuh.”
          Kemudian Jaka berkata, “Kek, tikus itu bukan sebesar gajah, tapi ..... tapi sebesar........ eh, sebesar kuda, bukan, sebesar anak kuda Kek.”
          “Sebesar anak kuda?” kakek tertawa, seperti tidak percaya.
          Saat itu mereka telah sampai di dekat jembatan. Jaka semakin kebingungan.
          “Kek,” katanya, “maksud Jaka bukan sebesar anak kuda ......... Kemarin mata Jaka kemasukan debu, jadi tidak begitu jelas, tapi warnanya hijau, kek!!!”
          Kakek tetap tertawa, sambil berjalan di atas jembatan. Jaka berhenti di ujung jembatan itu.
          “Wah kalau benar-benar runtuh tentu aku akan jatuh ke sungai yang dalam dan akan menjadi mangsa buaya....... hiiiiiii........” pikirnya.
          “Kek, kakek.....” panggil Jaka, “tikus itu...... tikus itu tidak berwarna hijau, Kek. Dan besarnya............ tidak sebesar anak kuda, tapi sebesar tikus biasa, ..... biasa, Kek. Tikus biasa.”
          Jaka amat lega telah mengatakan yang sebenarnya. Dan kini melangkahkan kakinya dengan tenang di atas jembatan bambu. Dalam hatinya dia berjanji tidak akan berbohong lagi. ******* dongeng dan cerita untuk anak

Komentar