Kalau angin dan matahari berantem


Kalau angin dan matahari berantem

Cerita anak indonesia.

SIANG ITU udara redup. Awan kelabu bergumpal-gumpal. Sang Angin yang sedang hilir mudik, berkata kepada sang Matahari, “ Hai! Sang matahari! Muncullah!!” teriaknya dengan congkak. Akan tetapi sang Matahari tidak juga muncul. “Tampakkan dirimu. Mari kita adu kehebatan. Kita saling menunjukkan siapa yang sebenarnya paling kuat di antara kita?!” ulang sang Angin.
          Tiba-tiba , dari balik awan, Sang Matahari menongolkan tubuhnya sedikit. “ada apa sih, kok ganggu orang yang lagi tidur.” Kata sang Matahari sambil menguap.
          “Hahahahahahaaa.” Sang Angin tertawa ngakak, “Bagus, akhirnya kau muncul juga. Inilah kesempatan kita buat mengadu kehebatan.”
          “Sudah aku katakan, hai angin, aku tidak berminat memenuhi tantanganmu,” ujar sang Matahari.
          “Jadi kamu mengakui, bahwa dijagat ini akulah yang paling ditakuti?” tanya sang Angin.
          “Tidak. Aku tidak akan mengatakan demikian.”
          “Jadi kau tetap tidak percaya bahwa aku yang paling jago?” sang angin merasa dongkol. “ Lihat, aku telah meniup rumah-rumah hingga roboh. Pohon-pohon pun tak sanggup menahan amukanku. Gunung pun jika ingin kuhempaskan, pasti runtuh.”
          Sang Matahari tertawa. Dalam hati ia mulai jengkel karena sudah beberapa kali sang Angin menantang terus-menerus. “Baiklah. Aku terima tantanganmu.” Ujar sang Matahari. “Nah, lihat itu! Di bawah sana ada seorang anak kecil yang sedang berjalan. Dia memakai mantel dan membawa boneka kesayangannya. Oke, kita adu. Kau harus mencoba melepaskan boneka dan mantel yang dipakainya.”
          Sang Angin tertawa sombong. “Gampang!” katanya.
          Sang Angin pun mulai menghembuskan nafasnya, perlahan-lahan. Lama-lama makin keras.
          Tapi mantel maupun boneka yang di pegang si anak kecil tidak juga terlepas. Sang angin mulai jengkel. Kali ini ia meniup sekuat-kuatnya. Malah hasilnya sebaliknya, anak kecil itu berpegang pada sebatang pohon dan mendekap bonekanya erat-erat.
          “Hai Angin. Kau gagal. Sudah cukup. Sekaang giliranku!” kata sang Matahari.
          Dengan tenang sang Matahari muncul dari balik awan, dan dengan tiba-tiba ia mengeluarkan cahayanya yang terang dan panas. Anak kecil yang duduk di bawah pohon itu menjadi panas kegerahan. Akhirnya, anak itu melepaskan bonekanya dan ia melepaskan pula mantel yang dipakainya.
          “Nah, Angin. Siapakah yang paling jago di antara kita?” tanya sang Matahari. Sang Angin tidak menjawab, malah ngeloyor pergi dengan malu.******* dongeng dan cerita untuk anak

Komentar